Dear sayang,
Kamu datang seperti sambel terasi
dihari-hari terlezat kelaparanku. Sekonyong-konyong kamu bawakan seonggok cinta
kehadapanku, dan semua itu terjadi secara tiba-tiba! tiba-tiba yang persis sama
seperti ketiba-tibaan kagetku saat ada tahi kucing yang hampir saja terinjak
olehku kemarin pagi.
Karena semua keanehan dan akibat kedatanganmu
yang seperti kilat itu, akupun lalu jadi kangen padamu. Rasa kangen itu
menyeruak begitu saja, menyelusup, menggerayang dan merayap perlahan-lahan ke
tempat dimana cintaku bersemayam, yaitu di ruang hatiku!
Tahu nggak say, sebelumnya aku tidak pernah
jatuh cinta padamu, tapi kok sekarang aku jadi kangen sama kamu. Rasa kangen
itu mulai bergerak bagai badai menghantam samudra setelah awalnya datang perlahan-lahan.
Sekarang secara membabi buta dan semena-mena rasa kangen itu mulai
mengacak-acak, mengaduk-aduk, seluruh ruang hatiku demi mencari tempat
bersemayamnya cintaku. Sial! Bagaimana rasa kangen itu bisa muncul begitu saja?
Aku jadi seperti orang tolol! Apa mungkin gara-gara matamu yang bulat seperti
telor ayam yang selalu berkejap-kejap indah. Apa mungkin karena wajahmu yang
semanis gula pasir, nikmat dipandang. Apa mungkin karena tubuhmu yang berbentuk
seperti gitar Spanyol, yang kadang membuat cowok-cowok mata keranjang
meneteskan air liur. Apa mungkin karena senyummu seperti bulan sabit. Tapi
lembut dan temaram. Jujur saja, karena
apa aku kangen sama kamu, aku masih bingung. Aku teramat sangat bingung.
Aku masih mereka-reka, malah aku jadi gusar. Tapi yang penting-entah kenapa-
aku menikmati kangen yang sedang aku alami. Itu saja. Itu ternyata cukup
membuat aku bahagia. Say, tau nggak? rasa kangen sama kamu itu enak enggak enak
lho! Menggelitik, menggoda, sekaligus mengiris dan sedikit perih. Mirip kalo
kita makan jengkol, ada pahitnya, ada gurihnya, tapi lezatnya minta ampun.
Dan kamu tahu enggak say, gara-gara kangen
itu lama-lama aku jadi jatuh cinta sama kamu! Bukan gara-gara jatuh cinta aku
kangen padamu, aneh bukan? Aneh ya?! Memang aneh kalau aku pikir. Untuk
membuktikannya coba baca penuturanku di alinea berikut.
Hari-hari berikutnya kamu selalu mampir
seperti angin malam, dengan dingin terasa menusuk sampai ketulang-tulang. Padahal
kamu tahu sendiri kalau aku benci angin malam, ia membawa penyakit meski juga
membawa sediki kesegaran. Dan lebih menyebalkan lagi bahwa angin malam selalu
datang setiap malam. Sama seperti kamu! Kamu selalu datang padaku setiap malam,
lewat bayanganmu. Bayanganmu gemar sekali menari-nari dalam lamunanku. Hingga
lama-lama menjadi kebiasaan bagiku. Benar kata orang,benci itu singkatan dari
”benar-benar cinta” dan dari rasa sebal bisa tumbuh rasa kebalikannya,
menjengkelkan! Tapi itulah yang aku alami kemudian.
Semenjak saat itu, sebelum aku tidur aku
selalu menyempatkan diri untuk menyaksikan bayanganmu menari. Hal itu
menyenangkan, dan perasaan menyenangkan membuatku cepat mengantuk dan cepat
sekali tidur, tapi kadang-kadang kalau aku sedang mood, untuk bersantai
menikmati tarian-tarian itu, maka aku akan memaksa bayanganmu untuk ikut
bergadang bersama aku sampai pagi. Bersama-sama kita minum kopi dan menghisap tembakau.
Bergelas-gelas, berbatang-batang. Sampai aku mampus karena bahagia. Sampai
bayanganmu pupus dengan sendirinya. Benarkan, say? Hal yang seperti begini ini kan yang disebut jatuh
cinta? Aku klise? Aku mengada-ngada? Biarlah.
Say, coba tunjuk satu bintang dilangit,
kalau itu kamu lakukan sekarang juga, maka akupun akan menunjuk satu bintang lain
dilangit. Kita berlomba menunjuk bintang-bintang. Kamu tunjuk yang itu,aku
tunjuk yang ini. Aku tunjuk yang disana, kamu tunjuk yang disitu. Kita akan
terus menunjuk bintang bersama-sama sampai bosan, karena bintang tak akan
habis-habis meski ditunjuk terus menerus. Itulah yang aku inginkan saat ini,
menikmati sesuatu bersamamu. Meski Cuma menunjuk bintang, tapi itu akan sangat
berharga dan berarti bagiku. Dan itu yang belum aku cicipi
denganmu,menghabiskan waktu berdua saja. Kau kan tahu kalau aku belum pernah menghabiskan
waktu berdua bersama wanita manapun. Belum pernah sama sekali! Dan aku ingin
melakukannya denganmu. Sebagai sepasang kekasih tentunya. Tapi aku tahu itu tak
mungkin.
Say, saat kamu baca suratku ini, maka aku
sudah menjelaskan secukupnya apa yang kurasakan padamu. Semoga sebagian
penjelasanku padamu dapat mewakili keseluruhan perasaanku padamu. Dan say, aku
mau titip salam sama Iwan, pacarmu itu. Tolong sampaikan pada dia kalau aku
titip kamu. Dan please bilang sama dia, kalau aku ingin dia memperlakukanmu
dengan baik. Aku tidak rela kalau terjadi apa-apa denganmu. Sekarang aku mau
pergi dulu. Aku lelah menanti harapan yang tak kunjung datang, eh!! Yang tak
mungkin datang, tepatnya. Kamu sudah mengenalku
dan kamu sudah hapal hampir seluruh rahasia-rahasia kehidupanku. Oleh
karena itu aku sadar kalau kamu tidak mungkin mau menjadi yang terkasih
dihatiku. Makanya aku harus menghindar jauh dari kamu, untuk membunuh
perasaanku padamu dan rasa risihmu padaku. Aku harus menghindar ketempat paling
jauh yang tak akan tersentuh oleh embel-embel tentang kamu dimana kamu pun
tidak akan tersentuh oleh emel-embel tentang aku. Aku akan pergi ketempat yang
tak ada baumu, tak ada nafasmu, tak ada bayanganmu dan tak ada apapun yang
dapat mengingatkanku tentangmu. Kamu nggak perlu menyesal, ini bukan salahmu.
Ini salahku yang sudah menyimpang dari kodratku.
Oke say, aku pamit dulu. Malam sudah
terlalu larut, dan aku tidak boleh tidur terlalu larut. Aku harus berkemas
untuk besok. Besok, kami akan berangkat keluar negeri. Ya, keluar negeri. Doni
kekasihku, mengajakku untuk menetap dan tinggal disana. Kesebuah tempat
pasangan homo seperti kami tidak akan dilecehkan, tidak akan dicemooh. Kami
akan pergu ke sebuah tempat dimana Doni bisa membunuh rasa cemburunya padamu.
Semoga ditempat baru itu waktu bisa mengikis kamu dan bayanganmu dari diriku.
Semoga disana aku bisa memberikan seluruh hatiku hanya pada Doni,kekasihku
tersayang, sekaligus menyembuhkan luka akibat cemburunya padamu. Semoga kami
bisa melupakanmu. Selamat tinggal. Bye
NB: Terima kasih sudah menyempatkan cintamu
singgah dihatiku. Sungguh pengalaman baru yang luar biasa.
taken from Hary fitra jaya collections...
No comments:
Post a Comment